Sinergi HTI dengan Umat Tuntaskan Dekadensi Moral

Sinergi HTI dengan Umat Tuntaskan Dekadensi Moral
HTI Press, Tangsel. Rabu pagi (06/04) Tak kurang dari tujuh puluhan tokoh Kota Tangsel dari berbagai kalangan memenuhi Resto Kampung Anggrek di Buaran – Setu (Sekitar Kawasan BSD). Kalangan tokoh yang hadir di antaranya berasal dari  jajaran dinas pemerintah kota Tangerang Selatan, Kepolisian, TNI,  politikus, aktivis LSM, kalangan intelektual, aktivis pendidikan, pengusaha, pemerhati anak dan perempuan, tokoh agama, insan media, dan penggerak masyarakat.

Dengan mengambil tema, “Sinergi Komponen Umat Tuntaskan Dekadensi Moral Dengan Islam”, Ketua  DPD II HTI Kota Tangsel Muhammad Al-Fakkar, menyatakan bahwa acara ini merupakan upaya dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Daerah Tangerang Selatan untuk mendorong berbagai komponen masyarakat agar menjadikan Islam sebagai solusi atas berbagai bentuk dekadensi moral yang terjadi di masyarakat. Upaya ini tentu tidak mudah, oleh karena itulah perlu adanya forum bersama tokoh umat untuk bisa saling sharing, diskusi, dan mensinergikan seluruh kekuatan umat agar bisa kontinyu menuntaskan persoalan tersebut dengan Islam. Sangat diperlukan pengokohan iman individu, meningkatkan kontrol masyarakat, dan mengingatkan peran pemerintah yang mempunyai porsi terbesar.

Hadir sebagai narasumber, Hadi Prasetyo, S.Si., M.M., pengamat sosial dan praktisi pendidikan sekaligus Ketua Lajnah Dakwah Sekolah DPD II Kota Tangsel dan DR. Ir. H. Muhammad Rahmat Kurnia, M.Si., Ketua DPP Tahrir Indonesia. Diawali pemutaran film berjudul “Problematika Umat Di Tangsel” yang kemudian dilanjutkan paparan materi oleh Hadi Prasetyo tentang “Mengetuk Sebuah Kepedulian”. Materi yang menggambarkan berbagai dekadensi moral yang tengah melanda masyarakat Indonesia umumnya dan Kota Tangsel khususnya. Mulai dari kasus kriminalitas, narkoba, pergaulan bebas, korupsi, tawuran pelajar, penyimpangan seksual (LGBT). Tentu hal ini bertolak belakang dengan jargon Kota Tangsel sebagai kota yang cerdas, modern, dan religius. Fakta keberhasilan Kota Tangsel juga banyak, tetapi belum menyentuh akar persoalan. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi individu yang lemah iman, hedonis materialistik, stress dan mudah galau. Masyarakat sendiri permisif dengan budaya asing yang tidak Islami dan materialistik. Sedangkan negara belum bisa berperan banyak dengan sistem sekuler kapitalistik yang menjadi acuannya.

Agenda temu tokoh dan diskusi terbatas ini merupakan rangkaian agenda kampanye Islam Rahmatan Lil ‘alamin, yang sering dipahami secara salah, di antaranya ada yang menjadikan konsep Islam moderat sebagai wujud Islam Rahmatan Lil ‘alamin. Padahal wujud Islam Rahmatan Lil ‘alamin adalah ketika Islam ditetapkan secara menyeluruh (kaffah) dalam naungan Khilafah Islamiyah.

Didahului dengan pemutaran film kedua yang menggambarkan bagaimana bila sistem Islam diterapkan secara sempurna akan memberikan kemaslahatan, Muhammad Rahmat Kurnia memaparkan bagaimana solusi tuntas dari peliknya dekadensi moral ini. Persoalan dekadensi moral bukan hanya terjadi di Tangsel tapi dimana-mana. Hal ini terjadi karena tiga faktor yang ada dalam masyarakat yaitu pemikiran, perasaan, dan peraturan tidak mampu mewujudkan suatu tatanan masyarakat modern dan beradab. Hal ini dikarenakan  sistem yang diterapkan, sosialis maupun kapitalis, terbukti gagal. Disinilah urgensi Islam sebagai agama sekaligus ideologi yang shahih karena berasal dari Allah menjadi pemecah atas seluruh persoalan. Yang kebaikannya disebut rahmatan lil ‘alamin. Baik untuk orang muslim sendiri maupun untuk non muslim. Kebaikan ini mengharuskan penerapan Islam yang utuh. Institusi satu-satunya penerap Islam yang utuh adalah khilafah.

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan pernyataan testimoni. Kapolres Kota Tangsel, AKBP Ayi Supardaln, menyatakan setuju dengan fakta dekadensi moral yang terjadi. Perbaikannya memang memerlukan kerjasama seluruh elemen masyarakat. Kapolres juga mengapresiasi kegiatan HTI yang selalu dilakukan dengan tertib.

Sedangkan pesan moral dari salah satu tokoh Kota Tangsel, DR. Mawardi, M.Sc., dengan mengutip hadits Rasulullah bahwa jika perbuatan keji / fahisyah dilakukan oleh suatu kaum secara terang-terangan maka Allah akan mendatangkan musibah penyakit yang tidak ada obatnya.

Meskipun cuaca cukup panas namun pernyataan, pertanyaan, dan diskusi tetap berjalan semangat dan penuh keakraban. Baik dari kalangan bapak-bapak maupun ibu-ibu. Di antaranya ketua DDII Kota Tangsel, Hasanuddin, mengingatkan adanya potensi konflik internal di dalam masyarakat, terutama seputar pendirian tempat ibadah. Karenanya perlu ditegakkan aturannya.

Acara temu tokoh Kota Tangsel pun diakhiri dengan ramah tamah dan makan siang bersama.[]MI Jakarta


EmoticonEmoticon